TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Wisatawan yang hendak melihat keindahan Blue Fire Kawah Ijen, wajib tahu syarat terbaru.
Kini, ada syarat baru bagi pengunjung jika ingin bisa menikmati api biru yang hanya ada dua di dunia tersebut.
Syaratnya, wisatawan harus membantu penambang belerang mengangkut 2 kilogram belerang dari bawah kawah, yakni lokasi Blue Fire hingga ke atas.
Aturan yang tentunya kurang meng lenakan bagi pengunjung itu mencuat lantara PT Candi Ngrimbi, selaku pengelola tambang belerang Kawah Ijen merasa dirugikan ketika api biru terus dinyalakan.
PT Candi Ngrimbi beralasan, panas dari Blue Fire beresiko membakar belerang, yang imbasnya mengurangi pasokan.
Di sisi lain, Blue Fire Kawah Ijen yang ada di Banyuwangi dan Bondosowo, Jawa Timur ini merupakan sebuah keajaiban dunia langka yang menjadi primadona. Keindahan api biru yang muncul dari dasar kawah menjadi tujuan utama dan pengobat dahaga setelah wisatawan menaklukan jalur terjal pendakian Gunung Ijen.
Dan belakangan, kecantikan api biru tersebut tidak bisa ditemui pengunjung, lantaran beberapa titik api yang menyembur dipadamkan oleh penambang belerang. Akibatnya, usaha keras wisatawan mendaki gunung jadi sia-sia karena tidak bisa menikmati keindahan api biru Kawah Ijen.
Polemik sektor pariwisata ini dibahas dalam Rapat Koordinasi yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Jawa Timur, Senin kemarin (4/9/2023).
Acara yang dilaksanakan di lounge dinas ini melibatkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Jawa Timur selaku instansi yang menaungi Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPC HPI) Banyuwangi dan PT Candi Ngrimbi, pengelola tambang belerang Kawah Ijen.
“Kebetulan titik api Blue Fire Kawah Ijen berada di kawasan tambang milik PT Candi Ngrimbi. Dan yang dimatikan itu api yang akan menjalar ke 60 ton stok belerang disana,” ucap Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Disbudpar Banyuwangi, Ainur Rofiq, Selasa (5/9/2023).
Aturan baru wisatawan harus membantu mengangkut 2 kilogram belerang ini, lanjutnya, merupakan solusi jangka pendek. Sedang untuk solusi jangka panjang, stakeholder terkait akan bergotong royong untuk menciptakan titik api atau Blue Fire baru yang tidak menganggu aktivitas tambang belerang PT Candi Ngrimbi.
“Namun butuh usaha yang tinggi untuk membuat titik api baru. Padahal Blue Fire Kawah Ijen adalah fenomena langka di dunia,” ungkap Ainur Rofiq.
Menurut Ainur Rofiq, sebenarnya ada beberapa lokasi yang bisa dikelola menjadi titik api baru. Tapi kondisinya tertutup oleh pasir. Lokasi yang dimaksud oleh masyarakat lokal disebut titik Kodim.
“Untuk memunculkan Blue Fire ternyata butuh campur tangan manusia, seperti dalam pemasangan pipa penyaluran gas panas yang merupakan bahan bakar api biru,” ujarnya.
Untuk solusi jangka panjang, Disbudpar Banyuwangi, juga akan melakukan perbaikan hingga peningkatan keselmatan di jalur pendakian wisatawan.
“Semoga solusi tersebut dapat terealisasi, syukur-syukur jika solusi jangka panjangnya bisa tercapai sehingga wisatawan tak perlu kecewa lagi,” tutur Ainur Rofiq.
Polemik Blue Fire Kawah Ijen ini belakangan menjadi pembahasan hangat dikalangan masyarakat, wisatawan dan pegiat wisata di Banyuwangi, Jawa Timur. Selain berpotensi meredupkan kunjungan wisata, tentunya juga akan memperngaruhi terwujudnya Geopark Ijen Banyuwangi, yang berkelanjutan dan berdaya saing internasional. Terlebih turut mencuat kabar adanya pungutan Rp25 ribu per wisatawan ketika ingin bisa menikmati keindahan Blue Fire Kawah Ijen. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |