TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Setelah hampir dua pekan menanti kabar di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, sejumlah keluarga korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, mulai meninggalkan posko terpadu pada, Selasa (15/7/2025).
Keputusan ini diambil lantaran operasi pencarian tim SAR gabungan resmi berakhir dan dialihkan dari Basarnas pusat ke Basarnas Surabaya dan unsur kewilayahan serta minimnya informasi terbaru dari pihak berwenang terkait pencarian korban yang masih hilang.
"Keluarga korban per pagi ini di posko sudah kosong. Terakhir kemarin malam ada sekitar 3 keluarga korban yang menginap," kata salah satu petugas Posko Ketapang, Irwan Arianto, Selasa (15/7/2025).
Dikatakan Irwan, sapaan akrab Irwan Arianto, keluarga korban mulai beranjak meninggalkan posko tak lama setelah digelarnya rapat koordinasi dengan pihak Basarnas pada pagi ini di ASDP Ketapang, Banyuwangi, pada (15/7/2025), yang membahas peralihan tanggung jawab operasi pencarian dari Basarnas pusat ke Basarnas Surabaya serta unsur kewilayahan.
Menurut Irwan, keputusan tersebut memengaruhi harapan keluarga terhadap kelanjutan pencarian, sehingga mereka memilih pulang dan menunggu informasi lebih lanjut secara daring maupun melalui jalur komunikasi grup posko.
Sementara itu, Agus, salah satu dari beberapa keluarga korban KMP Tunu Pratama Jaya, menyampaikan bahwa awal ia datang, informasi masih cukup lancar diberikan. Sehari sebanyak dua kali, petugas akan datang untuk memberitahukan perkembangan terbaru operasi pencarian.
"Namun, itu hanya sebentar, pada Kamis (10/7/2025) malam, tidak ada lagi pemberitahuan lagi terkait perkembangan pencarian," kata Agus.
Bahkan, sebuah grup percakapan aplikasi WhatsApp pun disebutnya tak banyak membantu, sebab minim respon dari petugas terkait.
Agus menunjukkan, grup berisi 51 pengguna WhatsApp tersebut nyaris tanpa tanggapan. Dari banyaknya percakapan yang kebanyakan diutarakan keluarga korban yang menanyakan perkembangan terkini, admin grup tak cukup responsif.
Bahkan penggunaan bahasa yang dilontarkan salah satu pengirim informasi pun bagi Agus tak selayaknya pihak yang melayani masyarakat.
"Grup untuk keluarga korban hanya sekedar untuk sebuah harapan kosong saja. Secara bahasa sangat bermasalah, tapi mau dikomplain ya bagaimana," ujar pria yang beralamtkan di Kelurahan Krapyakrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, tersebut.
Agus yang kalut dengan kabar saudaranya, Sakur, tak punya cukup daya untuk menegur kesopanan pelayan masyarakat tersebut, meski jika tidak ada yang tanya, tak akan ada jawaban, sekalipun ada jawaban, jawaban yang diberikan selalu sama.
Ketidakjelasan yang didapatkan juga membuatnya berpikir buruk, membuatnya mempertanyakan kembali tujuannya.
"Saya bahkan pernah berpikir buruk. Saya di sini ngapain kalau saya hanya menunggu. Andaikan ada update, tapi informasi saya dapat justru dari media, saya sering nonton live streaming dan media sosial," tuturnya.
Hingga akhirnya, ketidakjelasan itu membuat satu persatu keluarga korban menyerah dan pulang. Dan di hari terakhir pencarian sebelum tanggungjawab dialihkan ke wilayah, tersisa sekitar tiga keluarga korban saja di posko tersebut.
"Sabtu malam akhirnya banyak keluarga sudah pulang karena kehilangan harapan," tutup Agus.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, KMP Tunu Pratama Jaya dikabarkan tenggelam pada Rabu 2 Juli 2025 sekitar pukul 23.20 WIB di perairan Selat Bali.
Dalam kecelakan ini, 30 orang berhasil selamat dan 18 orang ditemukan meninggal dunia. Sedangkan sisanya masih dalam pencarian. Termasuk sejumlah penumpang yang tidak tercatat dalam data manifest.
Sesuai data manifest yang telah dirilis, total kapal tersebut mengangkut 65 orang yang terdiri 53 penumpang dan 12 kru kapal. Sementara jumlah kendaraan yang diangkut sebanyak 22 unit. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |