TIMES BANYUWANGI, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengajak Lemhannas untuk menyelidiki dan memperbaiki catatan sejarah mengenai lahirnya Pancasila dalam buku ajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dan materi yang digunakan dalam lembaga pendidikan pemerintah.
Dia juga mengusulkan agar Lemhannas bekerja sama dengan badan atau lembaga lain yang peduli terhadap geopolitik dan ideologi negara.
Dalam beberapa buku ajar sekolah, perguruan tinggi, dan materi pengajaran pemerintah, masih terdapat kebingungan tentang sejarah lahirnya Pancasila. Ada yang menyebutkan bahwa tokoh yang melahirkan Pancasila adalah Bung Karno, ada juga yang menyebutkan Muhammad Yamin. Sejarah mengenai kelahiran ideologi bangsa harus ditulis dengan valid dan konsisten," tegas Ahmad Basarah kepada peserta kursus PPRA LXV dan PPAS XXIV tahun 2023 Lemhannas RI, pada Rabu (5/7/2023).
Menurut Ahmad Basarah, jika Lemhannas RI bekerja sama dengan MPR RI, BPIP, BRIN, serta lembaga riset di berbagai kampus untuk melakukan penelitian guna memperbaiki catatan sejarah kelahiran Pancasila dalam semua buku ajar, hasilnya akan sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara.
"Masyarakat Indonesia saat ini didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z yang secara total terputus dari sejarah perjuangan kemerdekaan masa lalu. Generasi ini memiliki wawasan yang cerdas, berpikiran kritis, dan terhubung dengan internet. Jika mereka disajikan dengan sejarah yang tidak masuk akal, mereka akan cenderung mempertanyakan atau menolaknya," kata Ahmad Basarah.
Oleh karena itu, Ketua DPP PDI Perjuangan ini mengusulkan bahwa generasi muda harus diajarkan bahwa ada hanya satu Pancasila, tanpa adanya Pancasila 1 Juni, Pancasila 22 Juni, atau Pancasila 18 Agustus 1945. Namun, agar generasi muda tidak bingung dengan informasi yang berlimpah di dunia maya, sejarah harus disampaikan dengan cara yang sederhana, mudah dipahami, dan masuk akal.
"Yang pertama, dalam buku ajar harus disampaikan sejarah Bung Karno dan para pendiri bangsa lainnya, serta bagaimana nilai-nilai Pancasila muncul dari nilai-nilai luhur yang berkembang di Nusantara. Inilah yang saya maksud dengan penyajian fakta sejarah secara rasional dan menghidupkan rasa cinta terhadap Pancasila," jelas Ahmad Basarah.
Setelah pembaca memahami bagaimana nilai-nilai Pancasila muncul, Ahmad Basarah mengusulkan tahap kedua yaitu menyampaikan secara komprehensif sejarah kelahiran Pancasila kepada generasi muda yang memiliki pemikiran kritis, dimulai dari pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 di sidang BPUPK, lalu rapat Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945, hingga sidang PPKI pada 18 Agustus 1945.
Hanya dengan menjelaskan sejarah kelahiran Pancasila dengan runtutan seperti ini, maka sejarah ini akan mudah dimengerti dan generasi muda tidak akan menolaknya," ungkapnya. Ahmad Basarah juga mengingatkan bahwa saat memperbaiki buku ajar sekolah, pihak yang terlibat harus tetap menghormati setiap tokoh dalam sejarah kelahiran Pancasila. Misalnya, penulis Nugroho Notosusanto menyebutkan bahwa Muhammad Yamin adalah tokoh pertama yang mengusulkan Pancasila dalam sidang BPUPK pada tanggal 29 Mei 1945.
"Saat meralat sejarah versi Nugroho, jangan sampai mengabaikan peran dan kontribusi sejarah Muhammad Yamin. Kita harus selalu menghormati jasa para pahlawan. Ingatlah, Pancasila dilahirkan oleh semua pendiri bangsa. Faktanya, bahwa pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 adalah bagian dari sejarah. Bung Karno dan semua pahlawan tersebut adalah milik bangsa Indonesia," jelas Ahmad Basarah.
Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah, Sestama Lemahannas RI, Komjen Pol. Rudy Sufahriadi, Deputi Pendidikan Lemhannas RI (Marsda TNI Andi Heru Wahyudi), Deputi Kebangsaan Lemhannas RI Laksda TNI Edi Sucipto, dan Deputi Pengkajian Lemhannas RI, Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ahmad Basarah Ajak Lemhannas Luruskan Sejarah Pancasila di Buku Pelajaran
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |