TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Banyuwangi kembali mencatatkan terobosan di sektor pertanian dan kesehatan. Kali ini, kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu meluncurkan beras super gizi hasil biofortifikasi, yakni beras yang diperkaya kandungan vitamin dan mineral penting.
Inovasi ini bukan hanya mendukung ketahanan pangan nasional, tapi juga digadang-gadang sebagai langkah strategis untuk menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya ibu hamil dan anak-anak.
Beras ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti Vitamin A, B1, B3, B12, B9 (asam folat), zat besi, dan zinc, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
“Upaya ini selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo. Selain mendukung ketahanan pangan, pengembangan beras bernutrisi juga memperkuat pembangunan SDM. Harapannya kualitas gizi masyarakat semakin meningkat. Selain itu juga bisa menekan bahkan mencegah stunting,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, Kamis (05/06/2025).
Beras biofortifikasi diproduksi melalui modifikasi genetik tanaman padi untuk meningkatkan kandungan gizi. Pengembangan beras ini dilakukan pemkab bersama produsen pertanian ramah lingkungan yang berbasis di Banyuwangi, Pandawa Agri Indonesia, Danone Indonesia dan Bulog Banyuwangi.
CEO Pandawa Agri Indonesia, Kukuh Roxa Putra, menjelaskan saat ini pengembangan beras biofortifikasi dilakukan di lahan seluas 60 hektare dengan melibatkan puluhan petani. Lahan tersebut tersebar di sejumlah wilayah. Seperti Kecamatan Blimbingsari, Licin, Glagah, Singojuruh, dan Sempu.
“Tahun 2026 akan kami perluas hingga 500 hektare dengan melibatkan 100-an petani,” ujar Kukuh.
Dalam pelaksanaannya pendampingan dari hulu ke hilir kepada para petani, mulai penyiapan benih, pengolahan lahan, proses budidaya, hingga perlakuan pasca panen. Dengan pendampingan tersebut, produktivitas tanaman padi bisa ditingkatkan hingga 15 persen.
Kukuh menambahkan, dalam proses budidaya padi biofortifikasi tersebut, pihaknya konsisten menerapkan pertanian ramah lingkungan. Misalnya, melakukan pemupukan berimbang dan rasional, menggunakan decomposer jerami untuk meningkatkan bahan organik tanah, serta menerapkan sistem pengairan basah kering untuk menekan emisi gas rumah kaca.
“Selain hemat biaya, teknik pertanian ini juga lebih ramah lingkungan" tambah Kukuh. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |