TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Keberadaan Museum Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, menjadi Trend Center pelajar hingga masyarakat luas dalam mengenalkan kisah dan cerita asal usul wilayah paling ujung timur pulau Jawa dengan koleksi artefaknya.
Bagaimana tidak, ternyata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, memiliki segudang artefak yang terjaga dan tersimpan rapi di museum tersebut sehingga menjadi pintu pembuka tabir perihal kepercayaan wilayah Blambangan zaman dulu. Adapun salah satu koleksi tersebut adalah Lingga dan Yoni.
Kurator sekaligus Edukator Museum Blambangan, Bayu Ari Wibowo, mengatakan, Lingga dan Yoni adalah peninggalan jejak sejarah yang menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa, yang telah direkam oleh Belanda pada abad 19, di wilayah yang dulunya disebut Blambangan dalam menganut kepercayaan yakni Hindu Siwa.
Sumber lokal seperti Babad Sepuh juga mengungkap, adanya seruan kepada Siwa yang berbunyi ‘Om Nama Siwa Swaha Sembahing Hulun Ri Pada Bhatara’. Seruan itu mengidentifikasikan bahwa Hindu yang berkembang di Blambangan berasal dari Sekte Siwa.
Kurator sekaligus Edukator Museum Blambangan Banyuwangi, Bayu Ari Wibowo, berada di Museum. (Foto: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
“Jadi adanya Lingga Yoni itu, telah membuktikan jika masyarakat Jawa di Banyuwangi kala itu menganut kepercayaan sekte Hindu Siwa,” ucap Bayu Ari Wibowo, Jumat (24/11/20230).
Lingga dan Yoni oleh masyarakat Jawa Hindu di Banyuwangi, masih Bayu sapaan akrab Bayu Ari Wibowo, itu digunakan sebagai sarana pemujaan kepada Sang Hyang Widhi, yang bermanifestasi pada sebagai Siwa dan Parwati.
Untuk Lingga terdiri dari tiga bagian atau disebut Tribhaga. Bagian-bagian itu menunjukkan kedewan seperti Brahma Bhaga, Wisnu Bhaga dan Siwa Bhaga. Lingga yang merupakan simbol dari Siwa atau Dewa Pemralina, sedangkan Lingga dan Yoni utuh selain manifestasi dari Siwa dan Parwati itu sendiri merupakan simbol dari keseburan.
“Di museum Blambangan disbudpar ini, ada empat artefak Lingga dan Yoni yang terdiri dari satu paket utuh Lingga dan Yoni, dua Lingga dan satu Yoni,” jelasnya saat diwawancara.
Sebaliknya, yoni merupakan simbol dari Parwati atau Sakti Siwa yang memiliki nama lain Durga Mahisasuramardini berarti ibu semesta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bayu pada tahun 2015. Lingga dan Yoni di Banyuwangi berjumlah delapan buah yang distribusinya ada di Desa Ketapang, Desa Jambewangi, Desa Kedungsari, Dan Kelurahan Taman baru.
“Lingga dan Yoni di Museum Blambangan sudah diregistrasi pada tahun 1980an,” papar Bayu.
Jika kalian tertarik belajar sejarah Banyuwangi atau yang dulu dikenal wilayah Blambangan mulai dari era kerajaan hingga sejarah kontemporer, seprtinya cocok bila mendatangi Museum Blambangan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang berlokasi di Jalan Jendrtal Ahmad Yani, Kelurahan Taman Baru, Banyuwangi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Disbudpar Banyuwangi Punya Koleksi Artefak yang Membuka Tabir Budaya Masyarakat Blambangan
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |