TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Bagi kaum muslim bulan suci Ramadan diyakini sebagai bulan seribu berkah. Setelah melaksanakan sholat tarawih tadarus Al-Qur’an menjadi menu utama menuai berkah. Istimewanya, di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi Al-Qur’an raksasa dipakai tadarus.
Tradisi unik ini sudah tahun ke-15 terhitung semenjak Kalam Allah tersebut diwakafkan kepada Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi pada tahun 2010 silam.
Ketua Yayasan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi, Ahmad Nur Qowim, mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak ada yang membedakan dengan tadarus pada umumnya. Hanya saja, terdapat perbedaan ukuran Al-Quran yang dibaca.
Namun, tidak semua masyarakat diizinkan untuk membaca Al-Quran raksasa ini. Meskipun dengan ukuran teks atau huruf yang jumbo sebesar 100 x 165 centimeter, banyak jemaah yang masih kesusahan ketika melantunkan ayat suci tersebut.
“Warga yang membaca harus menyesuaikan diri karena ukurannya yang besar. Namun, bagi yang sudah terbiasa akan terasa lebih mudah karena huruf hijaiyahnya yang lebih besar,” kata Qowim sapaan karibnya, Sabtu (8/3/2025).
Seperti halnya tadarus pada umumnya, ngaji dengan Al-Quran sebesar 1,5 x 2 meter ini dilakukan setelah menunaikan ibadah Sholat Tarawih. Petugas pembaca Al-Quran seberat kurang lebih 4 kwintal ini biasanya dilantunkan oleh 7 Qori dengan salah satunya juga seorang Hafidz Al-Quran.
“Petugasnya (pembaca Al-Quran) ada 7 orang. 1 bagian ngaji, 2 orang lagi bagian membalikkan halaman dan sisanya nyimak dengan tenang,” tutur Qowim.
Menurut Qowim, dalam semalam para Qori bisa menyelesaikan bacaan Al-Quran hingga 3 Juz, yang bahkan bisa selesai tidak sampai tengah malam.
“Selama bulan Ramadan, targetnya para Qori bisa mengkhatamkan Al-Quran tersebut sebanyak 3 kali,” ucapnya.
“Untuk menjaga dan melindungi Al-Qur’an, dibagian luarnya dibungkus dengan kayu jati setebal 5 sentimeter. Karena kertas Al-Qur’an raksasa itu sendiri di datangkan dari Negeri tirai bambu Jepang,” imbuhnya.
Sejarah Penulisan Al-Quran Raksasa
Sekadar untuk diketahui, Al-Quran Raksasa ini ditulis tangan oleh Drs. H. Abdul Karim, warga Dusun Kebunrejo, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, yang juga merupakan salah seorang pensiunan Guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Genteng, Banyuwangi.
Al-Quran raksasa tersebut, mulai ditulis pada Senin, 1 Februari 2010 dan selesai pada Kamis 26 Agustus 2010, dengan menghabiskan sebanyak 32 doz spidol dan 40 doz tinta. Sementara untuk kertasnya, didatangkan khusus dari negara Jepang.
Pembuatan mushaf raksasa menelan biaya anggaran dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp183.850.000. Al-Quran raksasa diberikan kepada Masjid Agung Baiturrahman pada 27 Ramadan 1431 Hijriyah atau Minggu 5 September 2010. (*)
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
Editor | : Faizal R Arief |